Sabtu, 12 Februari 2011

TUGAS TIK



Perkembangan Teknologi Di Indonesia

 

 

Teknologi EDGE

Di Indonesia, teknologi EDGE sudah berkembang selama beberapa tahun sejak tahun terakhir EDGE. Perkembangan teknologi GSM di Indonesia bergulir secara pesat dimulai dengan penggelaran secara serempak dual band (GSM 900 dan 1800) dan dilanjutkan penggelaran GPRS secara serempak, telah berhasil menghantar industri memasuki fase 2,5 secara tidak terasa. Belum lama teknologi 2,5G bergulir, lahirlah teknologi 3G yang membawa revolusi dalam teknologi seluler Indonesia. Beberapa provider di Indonesia, seperti Indosat, Telkomsel, dan Excelcomindo berlomba- lomba menciptakan inovasi baru dengan mengusung teknologi 3G. Banyak masyarakat indonesia terutama bagi mereka yang tinggal di kota besar deperti Jakarta, Bandung, Medan, dan Surabaya yang menggunakan berbagai layanan 3G yang tersedia seperti panggilan video, download content, akses internet kecepatan tinggi, dll.
Setelah kurang lebih 2 tahun diperkenalkan 3G di Indonesia sekarang sudah muncul evolusi dari 3G yang dikenal dengan nama HSDPA atau 3,5G. HSDPA atau High Speed Downlink Packet Access merupakan teknologi yang berjalan pada platform 3G pada channel baru yang disebut High Speed Downlink Shared Channel (HS-DSCH). Dengan HDSPA, kecepatan downlink secara teori dapat mencapai 3,6 Mbps bandingkan dengan 3G yang hanya mencapai 384 Kbps. Karena masih berjalan pada platform 3G namun dengan kecepatan melampaui kecepatan 3G standar maka teknologi ini disebut juga sebagai 3,5G. Sebenernya perkembangan teknologi HSDPA pada 3G hampir mirip dengan perkembangan teknologi EDGE atau Enhanced GPRS (EGPRS) pada GPRS. Perlu diketahui, EDGE memiliki kecepatan downlink mencapai 236 Kbps, cukup cepat jika dibandingkan dengan GPRS standar yang memiliki kecepatan sekitar 50 Kbps. Karena hal tersebut pula teknologi EDGE atau GPRS juga dikenal dengan nama teknologi 2,75G.
Pada dasarnya perkembangan teknologi komunikasi ini disebabkan oleh keinginan untuk selalu memperbaiki kinerja, kemampuan dan efisiensi dari teknologi generasi sebelumnya. Ada pun perkembangan teknologi nirkabel dapat dirangkum sebagai berikut:
  1. Generasi pertama: analog, kecepatan rendah (low-speed), cukup untuk suara. Contoh: NMT (Nordic Mobile Telephone) dan AMPS (Analog Mobile Phone System). Dimulai pada awal 1980-an sebagai bagian komersil dari AMPS. Menggunakan format FDMA (Frequency Division Multiple Access) yang membawa suara analog sebesar 800 MHz pita frekuensi
  2. Generasi kedua: digital, kecepatan rendah - menengah. Contoh: GSM dan CDMA2000 1xRTT. Berkembang di awal 1990-an saat operator seluler mengeluarkan 2 macam standar suara digital, GSM dan CDMA, dimana GSM menggunakan sistem TDMA (Time Division Multiple Access) yang mampu mengirimkan panggilan sampai 8 saluran di pita 900 dan 1800 MHz, sedangkan CDMA sendiri adalah singkatan dari (Code Division Multiple Access) yang mampu mengirimkan sinyal panggilan sampai 16 saluran di pita frekuensi 800 MHz
  3. Generasi ketiga: digital, kecepatan tinggi (high-speed), untuk pita lebar (broadband). Contoh: W-CDMA (atau dikenal juga dengan UMTS) dan CDMA2000 1xEV-DO. 3G merupakan terobosan dalam pengiriman paket data yang memungkinkan berbagai aplikasi jaringan diterapkan. Dengan kata lain, 3G menghadirkan sebuah perubahan evolusioner dalam kecepatan pemindahan data.

Teknologi General Packet Radio Service (GPRS)
GPRS (singkatan bahasa Inggris: General Packet Radio Service, GPRS) adalah suatu teknologi yang memungkinkan pengiriman dan penerimaan data lebih cepat jika dibandingkan dengan penggunaan teknologi Circuit Switch Data atau CSD. Sering disebut pula dengan teknologi 2,5G
Sistem GPRS dapat digunakan untuk transfer data (dalam bentuk paket data) yang berkaitan dengan e-mail, data gambar (MMS), dan penelusuran (browsing) internet. Layanan GPRS dipasang pada jenis ponsel tipe GSM dan IS-136, walaupun jaringan GPRS saat ini terpisah dari GSM.
GPRS merupakan sistem transmisi berbasis paket untuk GSM yang menggunakan prinsip ‘tunnelling’. Ia menawarkan laju data yang lebih tinggi. Laju datanya secara kasar sampai 160 kbps dibandingkan dengan 9,6kbps yang dapat disediakan oleh rangkaian tersakelar GSM. Kanal-kanal radio ganda dapat dialokasikan bagi seorang pengguna dan kanal yang sama dapat pula digunakan secara berbagi (‘sharing’) di antara beberapa pengguna sehingga menjadi sangat efisien.
Dari segi biaya, pentarifan diharapkan hanya mengacu pada volume penggunaan. Penggunanya ditarik biaya dalam kaitannya dengan banyaknya byte yang dikirim atau diterima, tanpa memperdulikan panggilan, dengan demikian dimungkinkan GPRS akan menjadi lebih cenderung dipilih oleh pelanggan untuk mengaksesnya daripada layanan-layanan IP.
GPRS merupakan teknologi baru yang memungkinkan para operator jaringan komunikasi bergerak menawarkan layanan data dengan laju bit yang lebih tinggi dengan tarif rendah ,sehingga membuat layanan data menjadi menarik bagi pasar massal. Para operator jaringan komunikasi bergerak di luar negeri kini melihat GPRS sebagai kunci untuk mengembangkan pasar komunikasi bergerak menjadi pesaing baru di lahan yang pernah menjadi milik jaringan kabel, yakni layanan internet. Kondisi ini dimungkinkan karena ledakan penggunaan internet melalui jaringan kabel (telepon) dapat pula dilakukan melalui jaringan bergerak. Sebagai gambaran kecil, layanan bergerak yang kini menjadi sukses di pasar (bagi operator di manca negara) misalnya adalah, laporan cuaca, pemesanan makanan, berita olah raga sampai ke informasi seperti berita-berita penting harian.
Dalam teorinya GPRS menjanjikan kecepatan mulai dari 56 kbps sampai 115 kbps, sehingga memungkinkan akses internet, pengiriman data multimedia ke komputer, notebook dan handheld computer. Namun, dalam implementasinya, hal tersebut sangat tergantung faktor-faktor sebagai berikut:
- Konfigurasi dan alokasi time slot pada level BTS
- Software yang dipergunakan
- Dukungan fitur dan aplikasi ponsel yang digunakan
Ini menjelaskan mengapa pada saat-saat tertentu dan di lokasi tertentu akses GPRS terasa lambat, bahkan lebih lambat dari akses CSD yang memiliki kecepatan 9,6 kbps.
Komponen Utama
Komponen-komponen utama jaringan GPRS adalah :
- GGSN (Gateway GPRS Support Node): gerbang penghubung jaringan GPRS ke jaringan internet. Fungsi dari komponen ini adalah sebagai interface ke PDN (Public Data Network), information routing, network screening, user screening, address mapping.
- SGSN (Serving GPRS Support Node): gerbang penghubung jaringan BSS/BTS ke jaringan GPRS. Komponen ini berfungsi untuk mengantarkan paket data ke MS, update pelanggan ke HLR, registrasi pelanggan baru.
- PCU : komponen di level BSS yang menghubungkan terminal ke jaringan GPRS
Cara Kerja GPRS
SGSN bertugas : 1. Mengirim paket ke Mobile Station (MS) dalam satu area 2. Mengirim sejumlah pertanyaan ke HLR untuk memperoleh profile data pelanggan GPRS (management mobility) 3. Mendeteksi MS-GPRS yang baru dalam suatu area servis yang menjadi tanggung jawabnya (location management) 4. SGSN dihubungkan ke BSS pada GSM dengan koneksi Frame Relay melalui PCU (Packet Control Unit) di dalam BSC
GGSN bertugas : 1. Sebagai interface ke jaringan IP external seperti : public internet atau mobile service provider 2. Meng-update informasi routing dari PDU ( Protokol Data Units ) ke SGSN.
GPRS menggunakan sistem komunikasi packet switch sebagai cara untuk mentransmisikan datanya. Packet switch adalah sebuah sistem di mana data yang akan ditransmisikan dibagi menjadi bagian-bagian kecil (paket) lalu ditransmisikan dan diubah kembali menjadi data semula. Sistem ini dapat mentransmisikan ribuan bahkan jutaan paket per detik. Transmisi dilakukan melalui PLMN (Public Land Mobile Network) dengan menggunakan IP backbone. Karena memungkinkan untuk pemakaian kanal transmisi secara bersamaan oleh pengguna lain maka biaya akses GPRS, secara teori, lebih murah daripada biaya akses CSD.
GPRS didesain untuk menyediakan layanan transfer packet data pada jaringan GSM dengan kecepatan yang lebih baik dari GSM. Kecepatan yang lebih baik ini didapat dengan menggunakan coding scheme (CS) yang berbeda dari GSM.
GPRS di Indonesia
Perusahaan yang memelopori GPRS di Indonesia adalah:
1. TelkomVentus – PT. Telkom VENTUS adalah brand name untuk Push email yang merupakan layanan jasa nilai tambah dan konvergensi dari layanan surat-menyurat elektronis (email) dan mobile system (cellular/wireless) yang memungkinkan dilakukan relaying terhadap email yang selama ini diterima lewat desktop atau laptop ke smartphone atau PDA phone Dengan menggunakan layanan ini pemilik account email dapat menerima atau mengirimkan pesan elektronis, bukan lagi berupa pesan singkat lewat terminal handphone atau PDA yang dimilikinya. Produk push email adalah sebuah produk yang dapat dianalogikan sebagai ‘memboyong’ semua kemampuan penerimaan dan pengiriman email dari desktop atau notebook ke dalam smartphone atau PDA phone yang terhubung kepada network GPRS (Global Packet Radio Services) atau PDN (Packet Data Network)
2. BlackBerry – PT. Indosat Ditujukan untuk pelanggan Pascabayar Matrix secara korporat wilayah Jabotabek Indosat akan memasang instalasi Blackberry Enterprise Server (BES) pada server perusahaan. Setiap email yang masuk ke inbox email server perusahaan akan di-enkripsi, kemudian di-push ke ponsel melalui jaringan GPRS Indosat. Ponsel yang digunakan adalah ponsel khusus Blackberry seri 7730 yang bergerak dalam jaringan GSM triband 900/1800/1900 Mhz Layanan BlackBerry menyediakan akses nirkabel terintegrasi, baik untuk email, telepon, personal information management (PIM), dan aplikasi data perusahaan

Teknologi HSPA di Indonesia

Jumlah koneksi pitalebar bergerak atau Mobile Broadband HSPA di Indonesia telah melampaui jumlah koneksi pitalebar tetap (fixed broadband) sehingga HSPA diprediksi akan mendominasi pasar pengguna teknologi pita lebar nirkabel di Indonesia.Dalam mengadopsi layanan pita lebar (broadband), Indonesia termasuk pemimpin pasar di Asia Tenggara. Tercatat pada tahun 2008 jumlah pengakses Internet di Indonesia yang menggunakan teknologi ini mencapai 315.000 orang yang merupakan jumlah signifikan dari pengguna layanan pita lebar di Indonesia.
Indonesia merupakan negara dengan populasi keempat terbesar di dunia yakni 245 juta penduduk dan dengan tingkat penetrasi peralatan bergerak sebesar 39%. Saat ini Indonesia memiliki empat jaringan HSPA yang dijalankan oleh operator Indosat, XL, Telkomsel, dan 3(three). Akan tetapi, sebagian besar operator tersebut awalnya lebih banyak bermain dalam teknologi HSDPA dengan kisaran downlink yang masih cukup rendah. Kemudian Indosat menjadi operator pertama di Indonesia yang memperkenalkan perkembangan HSDPA Phase 2 dan HSUPA untuk kecepatan downlink sampai 14,4 Mbit/s dan uplink sampai 1,4 Mbit/s pada pertengahan tahun 2008.Di tahun yang sama, layanan HSPA atau 3,5G Indosat telah menjangkau 25 kota seperti Jakarta, Depok, Cikampek, Cikarang, Cilegon, Tangerang, Bekasi, Bogor, Surabaya, Bandung, Semarang, Jepara, Kudus, Salatiga, Cepu, Magelang, Cilacap, Yogyakarta, Denpasar, Batam, Medan, Aceh, Balikpapan, Makassar, dan Samarinda. Pada akhir kuartal III-2008 bertambah 8 kota lagi. Namun perkembangan HSPA di tahun 2008 masih terkonsentrasi di Jabodetabek dan Surabaya seperti peningkatan kecepatan akses data yang dilakukan oleh Indosat awalnya diterapkan di wilayah-wilayah tersebut.
Untuk pengembangan HSPA di Indonesia seperti LTE, ditargetkan hadir pada tahun 2012.Menurut jangkauan, LTE dapat digunakan di wilayah rural ataupun hot zone.LTE juga bisa diimplementasikan operator GSM ataupun CDMA. Perkembangan LTE di Indonesia nantinya akan bersamaan dengan kehadiran WiMAX. Salah satu operator di Indonesia, Telkomsel, memilih menerapkan teknologi LTE.XL juga menyatakan ketertarikannya pada LTE karena cocok untuk jaringan 3G dan HSDPA XL.Banyaknya operator GSM di Indonesia yang berencana mengimplementasi LTE karena LTE dianggap lebih mudah dibandingkan WiMAX yang membutuhkan perubahan besar-besaran pada infrastruktur operator GSM. Sehingga dari segi investasi LTE tiga kali lebih murah. Dari segi desain, LTE dan WiMAX berasal dari pasar yang berbeda, sehingga kehadiran keduanya tak mengancam satu sama lain.
Nokia Siemens Network (NSN) pada akhir tahun 2008 menghadirkan test bed sebagai tempat uji coba di bidang Information and Technology (ICT) dalam mewujudkan teknologi LTE.NSN membantu Telkomsel meningkatkan kapasitas layanan pita lebar nirkabel bergerak dengan Direct Tunnel, yang menyiapkan pondasi jaringan 4G berbasis IP dan LTE. Telkomsel telah mengimplementasikan Direct Tunnel di kawasan Jabodetabek.
Teknologi UMTS akan diterapkan di Indonesia sebagai generasi ketiga dalam teknologi komunikasi seluler. Sebelum UMTS, Indonesia telah menerapkan teknologi GSM sebagai generasi kedua. Untuk menerapkan UMTS di Indonesia yang juga merupakan perkembangan teknologi GSM tidak akan dilakukan secara independent tanpa mempertimbangkan teknologi GSM yang telah diterapkan. Untuk itu, harus dilakukan studi tentang jaringan eksisting GSM dan kemudian harus dilakukan perencanaan yang matang meliputi jarungan akses dan jaringan core dari UMTS.
Arsitektur UMTS
Diagram blok jaringan UMTS memberikan gambaran tentang bagian-bagian jaringan serta interface-nya. Bagian tersebut adalah NodeB (sering disebut base station), Radio Network Controller (RNC), Media Gateway (MGW), MSC Server (MSS), Home Location Register/Authentication Center/Equipment Identity Center (HLR/AuC/EIR), Serving GPRS Support Node (SGSN), serta Gateway GPRS Support Node (GGSN).
arsitektur umts.jpg
Jaringan UMTS terdiri dari 3 bagian yang saling berhubungan; Core Network (CN),UMTS Terrestial Network (UTRAN), dan Network Management System. Fungsi utama dari CN adalah memberikan fungsi switching, routing, dan transit untuk trafik user. Core network juga mempunyai database dan fungsi network management.



Core Network UMTS
Core network dibagi menjadi dua bagian, circuit switched dan packet switched. Yang termasuk bagian circuit switched adalah MSC Server (MSS), Media Gateway (MGW), Visitor Location Register (VLR).
corenetwork.jpg
Yang termasuk bagian packet switched adalah Serving GPRS Support Node (SGSN), Gateway GPRS Support Node (GGSN). Dan yang termasuk dalam domain keduanya adalah Home Location Register (HLR), AuC, EIR..

Proses Perencanaan Core Network
1. Network Analysis
Pada tahap network analysis, dilakukan pengumpulan data pelanggan, informasi demografi, jumlah pelanggan, informasi topografi, dan data trafik. Data dari jaringan eksisting memberikan informasi tentang jumlah site dan trafik yang yang sebaiknya di-generate. Trafik total berasal dari trafik yang berasal dari jaringan itu sendiri maupun dari jaringan luar. Distribusi trafik ini akan sangat membantu dalam perencanaan dan optimasi jaringan core. Data pelanggan akan dijadikan input dalam tahap dimensioning.
2. Network Dimensioning
Dimensioning merupakan tahap perencanaan jaringan yang bertujuan untuk menghitung kebutuhan jaringan sehingga didapatkan jaringan yang efektif dilihat dari segi biaya, segi teknikal, dan juga performansi. Dimensioning akan meliputi network element dan network interface.
3. Detail Planning
Detail planning pada core network secara umum terdiri dari signalling plan, routing plans, numbering dan charging plan. Informasi yang dikumpulkan pada tahap network analysis akan sangat berguna pada tahap ini. Output utama dari detailed core network plan adalah :
a. Routing plan
Jenis routing sebenarnya sudah diputuskan pada tahap analysis dan dimensioning. Pada tahap ini routing harus ditetapkan termasuk destination, sub-destination, circuit group, dan lain-lain yang menyangkut routing.
b. Signalling plan
Pada tahap ini didefinisikan signalling point, signalling end point, signalling transfer point, signalling point code. Penentuan jumlah signaling link dan signalling link set juga harus diselesaikan.
c. Numbering
Pada tahap ini harus diselesaikan numbering group yang digunakan oleh setiap switched. Untuk mempermudah proses numbering group biasanya didasarkan pada lokasi geografi
Teknologi 3G di Indonesia
Semenjak masuk ke Indonesia, 3G tentunya menjadi incaran perusahaan telekomunikasi. Setelah melalui pelelangan oleh Direktorat Jendral Pos dan Telekomunikasi, terpilihlah 3 perusahaan seluler yang memiliki lisensi untuk mengembangkan 3G di Indonesia, yakni :
Definisi
International Telecommunication Union (ITU) pada tahun 1999 telah mengeluarkan standar yang dikenal sebagai IMT-2000 (International Mobile Telecommunications-2000) yang meliputi GSM, EDGE, UMTS, CDMA, DECT dan WiMAX, dimana 3G berada di bawah standar IMT-2000 tersebutSecara umum, ITU, sebagaimana dikutip oleh FCC mendefinisikan 3G sebagai sebuah solusi nirkabel yang bisa memberikan kecepatan akses
  • Sebesar 128 Kbps untuk kondisi bergerak cepat atau menggunakan kendaraan bermotor.
  • Sebesar 384 Kbps untuk kondisi bergerak.
  • Paling sedikit sebesar 2 Mbps untuk kondisi statik atau pengguna stasioner.
  • Penggunaan General Packet Radio Service (GPRS) mencapai 114 Kbps

 

Teknologi 4G di Indonesia

Secara sederhana, dapat diartikan bahwa teknologi 1G adalah telepon analog / PSTN yang menggunakan seluler. Sementara teknologi 2G, 2.5G, dan 3G merupakan ISDN. Indonesia pada saat ini sebenarnya baru saja memasuki dan memulai tahap 3.5G atau yang biasa disebut sebagai HSDPA (High Speed Downlink Packet Access) yang mampu memberikan kecepatan akses hingga 3.6 Mb/s (termasuk koneksi pita lebar (broadband connection)). Berkaitan dengan teknologi 4G, SIP adalah protokol inti dalam internet telephonyyang merupakan evolusi terkini dari Voice over Internet Protocol maupun Telephony over Internet Protocol. Teknologi tersebut banyak di perdebatkan oleh operator, pemerintah dan DPR belakangan ini. Tidak lama lagi internet telephony akan menjadi tulang punggung utama infrastruktur telekomunikasi. Teknologi internet telephony memungkinkan pembangun infrastruktur telekomunikasi rakyat secara swadaya masyarakat (tanpa Bank Dunia, IMF maupun ADB) bahkan mungkin tanpa kontrol pemerintah sama sekali. Dengan teknologi SIP dalam 4G, nomor telepon PSTN hanyalah sebagian kecil dari identifikasi telepon. Bagian besarnya akan dilakukan menggunakan URL. Kita tidak lagi perlu bergantung pada nomor telepon yang dikendalikan oleh pemerintah untuk berkomunikasi via internet-telepon. Infrastruktr internet telephony memungkinkan kita untuk menyelenggarakan sendiri banyak hal tanpa tergantung lisensi pemerintah dan tidak melanggar hukum. Teknologi 4G juga akan menyebabkan kemunduran bagi teknologi Internet Network (IN) yang saat ini merupakan infrastruktur telekomunikasi yang digunakan berbagai provider. Hal tersebut disebabkan terbukanya jalur arus bawah yang dapat didownload dan diakses gratis dari internet.

Teknologi Operator 4G WiMAX Pertama di Indonesia

Sitra WiMAX adalah operator 4G WiMAX pertama di Indonesia yang meluncurkan layanan 4G Wireless Broadband di bulan Juni 2010. Sitra WiMAX adalah bagian dari Lippo Group dan merek dagang terbaru dari PT. Firstmedia Tbk. Sitra WiMAX akan melayani 4G Wireless Broadband pertama di Indonesia di daerah terpadat dan sekaligus memiliki hak izin BWA termahal yaitu di coverage Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Propinsi Banten, Sumatera Utara, dan Propinsi NAD.

 

 

.

 

 







Teknologi Informasi dan Komunikasi






Imay Mustika M.
X-7
SMA SEJAHTERA 1  DEPOK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar