Ayam bekokok menyambut datangnya pagi. Matahari mulai terbangun dari tidurnya . begitu pula Luna mulai beranjak dari ranjangnya sambil menggeliat-geliat kayak ulat.
Pagi ini memang begitu cerah , sehinggan membuat Luna semangat untuk masuk sekolah. Hari ini aadalah hari pertama Luna untuk pergi belajar ke sekolah barunya.
Minggu-minggu ini sedang berlangsung kegiatamn MOS. Terkadang Luna merasa heran , mengapa harus melestarikan kebudayaan semacam itu ? meski begitu, Luna merasa senang bisa bertemu teman-teman baru.
‘Bangun tidur kuterus mandi
Tidak lupa menggosok gigi
Habis mandi ku tolong kak Rick
Membersihkan tempat tidurnya
Bantal guling bau iler’
Itulah lagu yang biasa dikumandangkan Luna di setiap pelosok ruangan seisi rumah. Dan si kakak yang sedang menikmati kencannya bersama bidadari di pulau kapuk merasa keki berat akibat ulah adik perempuannya itu. Memang, Ricki dari dulu sampai sekarang paling sebal kalau punya adik cewek seperti Luna. Tapi itu memang sudah anugrah dari Tuhan. Seperti cuplikan lagu ‘The Changcuters’
‘Biar kata kau musibah
Bagiku kau anugrah
Oh.. ooohh… I love you bibeh’
Jadilah Ricki tetap tabah mendengar kicauan adiknya tiap pagi.
Ricki adalah kakak Luna. Luna biasa memanggilnya kak Rick. Katanya biar gampang aja, dan simple! Sama seperti Ricki yang selalu membuat hidupnya menjadi simple. Menurutnya ‘enak lho kalau semua serba simple! Nggak perlu banyak mikir dan kalau ada yang nggak bisa dibuat simple? Enjoy aja!’ itulah prinsip Ricki yang punya rambut agak cepak itu.
Di rumah, ibunya suka sekali menjahit dan beliau bekerja di sebuah butik di took dekat rumah teman sekampusnya. Selain menjahit, mama Ricki senang juga berdandan. Katanya kalau sehari atau kalau mau pergi kemana-mana nggak dandan, jadi nggak oke dan melanggar peraturan perundang-undangnya.
Pernah waktu itu, saking buru-burunya dandan, lipstic yang seharusnya di pakai di bibir malah menempel di tengah-tengah alis, persis orang india. Lantas orang-orang yang memandangnya langsung tertawa cekikikan. Ya, mama Ricki memang udah dasarnya centil, udah bawaan dari kecil.
Berbeda dengan Ricki yang nggak suka dandan. Kadang-kadang suka lupa nyisir kalau terlambat ke sekolah. Pernah ketika Ricki masih duduk di bangku SMA, sang guru bertanya, “Ricki! Kamu kesetrum dimana?” rambut Ricki memang suka berdiri tegak kalau nggak disisir. Makanya, Ricki selalu setia membawa sisir kemanapun ia pergi.
Pagi ini, tampak Ricki yang sedang bete dengan motornya.
“Lun!! Buruan dong! Udah telat, nih!”
“Iya, kak Ricki yang tampan. Sebentar dong! Lagi pakai kaus kaki, nih!”
Mendengar kata-kata yang berbau gombal itu, Ricki semakin bete. Menurut kamus Ricki, GOMBAL=BOHONG=DOSA. Dan mulailah mereka sahut menyahut mengalahkan kicauan burung.
“@#$?!%>$*!!!”
“…&^#@**@#zzt…!!”
Karena Ricki udah nggak sabar, ia langsung tancap gas dan segerombol kambing yang kebetulan lewat sedang enak-enaknya makan rumput, lari tunggang langgang karena shock.
“Ya, kak. Nih gue berangkat” tampak Luna muncul di ambang pintu.
“Buruan, naik!” Luna disambut dengan satu jitakan fantastic sakitnya.
***
Motor Kawasaki yang dikendarai Ricki melaju dengan kecepatan tinggi karena semangat Ricki yang sudah dibelikan bensin dan oli oleh ayah tercinta. Ayahnya memang jarang libur dari kantornya dan jadwal pulang yang terlalu larut. Sehingga ayahnya nggak bisa berbincang-bincang seharian.
Karena terlalu ngebut, jaket biru yang dikenakan Luna ingin terbang melayang di angkasa.
“Kak, bisa nggak kecepatannya dikurangi sebanyak-banyaknya?”
“Oke, pokoknya beres”
Entah otak Ricki udah bawaanya ngaco atau memang disengaja. Dia malah membuat motor itu melaju seperti semut yang sedang berjalan. Pelaaan sekali! Alhasil, kendaraan di belakangnya berpesta klakson-ria membentuk sebuah lagu. Sehingga membuat Luna kesal dan menggelitik pinggul Ricki. untuk yang satu ini, Ricki paling anti dan mulai menormalkan kembali perjalanannya.
***
Di bawah pohon yang rindang dan diiringi dengan kicauan tut.. tut.. cuit.. cuit.. oleh burung perkutut dan burung-burung cerewet lainnya.
Tampak Luna sedang asyik duduk berteduh dengan segala atribut MOS yang dikenakannya sambil menikmati minumannya. Tetapi semakin lama, nada yang dinyanyikan para burung semakin ngelantur dan malah menjadi lagu The Changcuters.
‘Wanita.. racun dunia
Karna dia butakan semua’
Luna merasa tersindir dengan lirik yang dinyanyikan para burung tersebut. Tetapi dewi fortuna mengarah kepadanya. Sesosok pria memakai jaket hijau bermotif Naruto datang mendekat. Sudah ketara kalau jaket tersebut belum dicuci berbulan-bulan sehingga burung-burung yang sedang pentas itu lari terbirit-birit dan mencoba berusaha agar tidak pingsan. Dalam situasi ini sangat memperuntungkan bagi Luna yang sedaritadi merasa jengkel dengan ulah burung-burung itu.
“Terima kasih, ya, udah mau nolongin”
“Nolongin apa?”
“Nolongin ngusir burung-burung itu”
“Duh, gue nggak ngerti deh. Maksudnya apa?”
“Iya, berkat jaket lo itu” jawab Luna sambil menutup hidung.
“Emang ada apa dengan jaket gue? Eh, kok lo nutup hidung, sih? Burungnya buang hajat, ya?”
“Lo cium aja jaket lo!”
Lucki mulai mengendus-enduskan hidungnya yang mirip pinokio itu ke bagian ketiak jaketnya.
“Oh, iya! Gue baru inget! Jaket gue udah lima bulan sejak gue ulang tahun belum dicuci-cuci. Hehehe” sahut Lucki sambil nyengir kuda.
Luna semakin menutup lobang hidungnya dalam-dalam.
‘Aneh nih orang! Masa’ nggak pernah merasa bau setiap memakai jaket itu?’ batin Luna dalam hati.
“Oke deh! Ini jaket gue cuci. Tapi nggak usah nutup hidung se-gitunya dong”
“Oke, gue nggak nutup hidung, lagi! Asalkan jaket lo jangan di pakai sekarang, baunya nyebar! Kan malu sama OSIS dan para guru”
Teeeetttt….!!
“Gue ke kelas dulu, ya! Sampai jumpa” baru selangkah Lucki berjalan, dia berbalik arah, “Oh, iya! Nama gue Lucki. Nama lo siapa?”
“Luna”
“Oke Luna sampai nanti, ya!”
Sudah 30 detik berlalu. Luna belum juga mengedipkan matanya. Sampai ketika burung-burung menyebalkan itu datang lagi, Luna buru-buru menghabiskan minumannya.
***
Bubar sekolah, tampak Luna sedang gelisah menunggu Ricki untuk menjemputnya. Luna nggak pulang naik kendaraan umum karena Ricki sudah berjanji mau mentraktir makan alias PJ (Pajak Jadian). Ricki baru saja jadian dengan cewek sekampusnya. Dan mereka sudah memuat peraturan ‘Barang siapa yang baru jadian: harus, kudu bin wajib membayar PJ’
Luna nggak mau melewatkan kesempatan ini. Mau nggak mau Luna harus bersabar menunggu Ricki datang. Tetapi jam hamper menunjukkan pukul 3 sore. Hamper satu jam Luna menunggu. Namun kepala Ricki dan motornya belum juga nongol. Luna mulai mengirim sms.
‘kk, buruan donk jemput gw! Gw takut nih
Sendirian! Yg lain udh pada pulang semua.
Tinggal gw sama penjaga skul doank’
Pengirim : Luna Sister at 14.45 11.07.07
Terdengar nada dering sms di handphone Ricki …
Sementara itu, Luna yang daritadi berdiri di depan pos satpam semakin gelisah setelah melihat sesosok baying-bayang agak kabur. Seorang gadis sedang duduk beralaskan tanah menghadap kea rah pohon bamboo dan samar-samar terdengar suara tangisan.
“huu..huhuhu”
“huu..huhuhu”
Tampak keringat Luna menjalar di dahinya yang terlihat terang dan kinclong dikarenakan poni yang tidak tampak. Dan air itu menetes melewati hidungnya. Plukk..!! jatuh melewati mulutnya yang seksi dan bermuara di dagunya.
Jarak antara Luna berada dan pohon itu kurang lebih 8 meter dihitung dari kaki Luna bertapak. Luna merasa merinding padahal hari ini sedang panas-panasnya meskipun sudah pukul 3 sore.
Tiba-tiba dari arah belakang, sesosok manusia menepuk pundaknya. Plokk..!!
“Astaga! Jangan ganggu gue!!”
“Eh, lo kenapa, sih? Ayo, pulang!”
“Aduh, kak Ricki! kalau datang bilang-bilang, dong!” omel Luna yang tadi sempat kaget setengah mati.
“Hahaha, lagian lo ngapain bengong disini?” Tanya Ricki. belum sempat dijawab, Ricki sudah berkomentar, “Eh, keringat lo banyak banget. Kayak habis dikejar setan aja! Hahaha”
Luna sama sekali nggak berkata sepatah katapun. Tapi Ricki masih saja mengoceh.
“Wooiii!! Bengong aja! Ayo, pulang!”
“Kak….”
“kenapa sih, lo? Kayak habis kesurupan aja!”
Luna tetap nggak berkutik sambil menatap tajam ke arah pohon tempat dia melihat sesosok wanita menangis. Walau terlihat samar-samar karena tertutup batang pohon bamboo, tetap saja sosok itu terlihat jelas di mata Luna. Luna yang agak penakut itu memberanikan diri menanyakan hal itu kepada Ricki.
“Kak, coba lihat ke pohon itu, deh”
Luna menunjuk-nunjukkan jari kelingkingnya yang mungil itu. Luna nggak berani menggunakan jari telunjuknya karena menurut mitos yang ia dengar dari ibu dari neneknya, ibu dari neneknya lagi, ibu-ibu-ibu dari neneknya lagi alias nenek moyangnya, menunjuk bangsa-bangsa seperti yang dilihat Luna yang entah manusia atau bukan, jika dengan jari telunjuk itu ‘pamali’! dan tidak boleh dilakukan, entah apa sebabnya.
“Apaan, sih?”
“Itu, tuh…”
“Apaan? ….. kuntilanak?”
Dasar Ricki!! masih sempet-sempetnya bercanda. Padahal Luna 75% positif takut. Belum 100% karena belum disamperin dan digangguin.
“Huss.. kak Ricki! jangan ngomong sembarangan! Gimana kalau beneran?!”
“Mana, sih? Kok gue nggak liat?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar